Senin, 09 April 2012

Keluhan Seorang Rakyat Jelata


      Sebuah perubahan akan terwujudnya masyarakat yang baik, masyarakat yang seimbang di berbagai aspek kehidupan, baik dalam sector ekonomi, politik, social, budaya, keagamaan, hokum, militer dan sebagainya adalah dambaan semua orang. Banyak orang-orang yang maju ke tingkat legislative maupun eksekutif menggembor-gemborkan hal ini. Mulai dari ingin merubah hokum di Indonesia yang semakin kacau ini agar tidak lagi terjadi korupsi dan bahkan ingin merubah system hokum di Indonesia menjadi adil. Penjara tidak lagi hanya untuk orang menengah kebawah saja, melainkan penjara adalah benar-benar tempat untuk bias membuat orang jera. Sampai pada keinginan untuk menjadikan Negara ini berdasarkan syariat Islam yang rahmatan lil alamin, yang menegakkan nilai dasar keimanan dan bahkan hokum yang ditegakkan adalah berdasarkan nilai keagamaan. Dan masih banyak lagi janji-janji dari mereka untuk bias menarik suara rakyat agar memilihnya. Yang mana mereka semua, para calon pemimpin-pemimpin bangsa, tahu bahwa itulah yang didambakan oleh rakyat Indonesia. Kesejahteraan, keseimbangan, keadilan.
    Namun, setelah mereka terpilih, apa yang mereka lakukan. Menjalankan apa yang mereka janjikankah…? Merakyatkah seperti sebelumnya…?
        Pertanyaan seperti itu, tidaklah perlu untuk dijawab, diempiriskan saja, dilihat saja apa hasilnya. Jikalau memang benar apa yang mereka janjikan itu benar-benar mereka jalankan, pastilah ada sedikitnya hasil yang dapat dirasakan bangsa Indonesia saat ini. Namun, coba tengok sekeliling kita, coba tengok daerah-daerah pelosok, sejahterakah kehidupannya..? jika sejahtera, tidaklah mungkin mereka merasakan kelaparan, bahkan hamper saja mati karena kelaparan, tidak hanya hamper mati, tapi sudah mati. Jangankan di daerah pelosok, di kota-kota besar sajalah, masih adakah kriminalitas… oh.. tidak hanya masih, tapi banyak sekali, padahal kalau kita lihat semakin banyak acara televise yang mengkompetisikan menjadi seorang Da’I kondang. Bukan hanya calon da’I, tapi seorang Da’I kondang sudah banyak road show kemana-mana. Tapi apa hasilnya, mana orang yang semakin meningkat keimanannya… yang ada hanyalah semakin banyak kriminalitas merajalela dimana-mana. Mulai dari orang yang sudah tua renta, paruh baya, remaja bahkan anak kecil tega membunuh, mencabuli, merampok dan sebagainya. Semakin bobrok saja moral bangsa ini.    Tidak hanya masalah kesejahtereaan, moralitas, tapi juga hokum, politik, pendidikan dan segala sector kehidupan ini rusak.
       Coba kita telaah saja satu per satu permasalahan kehidupan ini. Apa sebenarnya yang menjadi sumber persoalan dari kerusakan masyarakat ini. Sebuah masalah yang tersistem ini, pastilah ada muaranya, pastilah ada sumbernya. Jika dianalogikan system masyarakat ini adalah tubuh manusia. Maka, ketika ada seseorang sakita dengan gejala panas, pilek, batuk, sesak nafas, maka apakah hanya diberi obat batuk saja sudah sembuh semua gejala tersebut, tidak. Sebab ada sumber yang menyebabkan gejala tersebut muncul. Sama halnya dengan gejala rusaknya masyarakat Indonesia. Pasti ada sumber masalah yang mendasari semua masalah itu muncul. Yang mana jikalau kita tahu apa yang menjadi sumber masalah tersebut, maka akan dengan mudah kita menyeleseikannya.
        Untuk itulah, saya menuliskan ini, lantaran sebagai sebuah gambaran kepada kita semua untuk seringlah menghayati sekeliling kita. Apa yang terjadi, apa yang mereka rasakan dan impikan. Dan sesungguhnya, apa yang mereka inginkan hanyalah satu. Terwujudnya masyarakat yang baik, yang seimbang, dimana kuat diberbagai aspek kehidupan. Berlandaskan hokum keseimbangan, bukanlah keadilan yang sama rata sama rasa, melainkan segala aspek kehidupan yang mengarahkan pada terciptanya kehidupan yang seimbang. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang tak kalah dengan Negara-negara asing, kesejahteraan yang seimbang, hokum yang benar-benar menegakkan kebenaran, bukan berdasarkan jumlah kekayaan yang dimiliki dan pendidikan yang benar-benar mencetak tenaga ahli yang mampu menyeleseikan masalah di masyarakat. Bukan hanya sekolah, perguruan tinggi yang hanya bias berlomba-lomba meraih nilai tinggi, tapi nilai itu apalah gunanya, jika tidak mampu menyeleseikan masalah masyarakat saat ini. Dimana keberadaan para sarjana-sarjana yang sekolah diberbagai disiplin ilmu…? Bangsa ini membutuhkan ilmu yang telah kau tempuh selama bertahun-tahun. Atau jangan-jangan, orang yang benar-benar jujur, tekun dalam belajarnya untuk mendapatkan keahlian, kalah dengan mereka yang tidak tekun, tidak mengejar ketrampilan tapi memiliki harta kekayaan untuk mendapatkan “kursi panas” itu. Malang sekali nasib kalian para pekerja keras dalam mendapatkan ilmu untuk perubahan masyarakatmu ini.
       Seringkali saya menjumpai orang-orang yang cerdas sebenarnya dalam pola pikirnya untuk melakukan perubahan masyarakat. Namun mereka terdampar menjadi tukang sapu disekolah, penjual kopi di kedai-kedai kecil, dan bahkan tak jarang menemukan para pendakwah-pendakwah yang menyampaikan wacana akan masalah masyarakat ini. Namun tak banyak juga mereka terkendala dengan posisi mereka saat ini yang tak ada derajatnya dihadapan orang, sehingga diremehkan, diacuhkan, bahkan dicaci, “tahu apa bapak ini, sekolah saja tidak lulus, tidak sampai jenajng perguruan tinggi, ngomong macam-macam,,” begitulah cacian yang sering mereka terima ketika ingin menyampaikan keluhan mereka kepada public. Sedangkan para pendakwah, terkendala saat ini dengan opini yang dihembuskan public saat ini tentang munculnya berbagai aliran-aliran sesat, yang akhirnya menjadikan mereka-mereka yang menginginkan untuk belajar ilmu agama, jadi “ngepir”, tidak berani belajar agama lebih dalam, takut sesat. Kasihan sekali mereka yang hendak menyampaikan akan wacara kerusakan masyarakat, agar mereka semua sadar akan masalah ini, dan bergegas untuk merubahnya, menjadi takut karena opini tersebut. Akhirnya tidak ada yang banyak menyadari akan hal ini, kalaupun ada yang menyadari, hanya terdiam, karena merasa bukan urusannya, dan bahkan ada yang benar-benar pasrah dengan keadaan, dengan mengatas namakan agama, bahwa ini memang takdir Tuhan, apakah Tuhan sekejam ini, atau sebenarnya jika kita mau untuk berpikir, maka akan menemukan jalan untuk melakukan perubahan akan hal ini. Bukankah sudah ada hokum-hukum alam yang bias kita temukan untuk melakukan perubahan pada diri kita maupun masyarakat kita. Jika hanya diam bahkan pasrah dengan keadaan, mana mungkin akan terjadi perubahan. Yang ada hanyalah mereka yang semakin menjadi untuk melakukan kerusakan masyarakat, dan kita yang terkena imbasnya.
       Ini hanyalah sebuah keluhan seorang rakyat jelata yang mendambakan terwujudnya masyarakat yang baik, yang seimbang. Saya yakin, sebenarnya kita semua merasakan hal ini. Tapi dengan ini, mudah-mudahan bias menghentakkan diri kita untuk terjun di masyarakat, menengok, merasakan, memikirkan bagaimana melakukan perubahan akan hal ini. Untuk kalian yang sadar dan mau untuk berpikir melakukan perubahan terhadap masyarakat kita ini.

Tidak ada komentar: