Sebuah perubahan akan terwujudnya
masyarakat yang baik, masyarakat yang seimbang di berbagai aspek kehidupan,
baik dalam sector ekonomi, politik, social, budaya, keagamaan, hokum, militer
dan sebagainya adalah dambaan semua orang. Banyak orang-orang yang maju ke
tingkat legislative maupun eksekutif menggembor-gemborkan hal ini. Mulai dari
ingin merubah hokum di Indonesia yang semakin kacau ini agar tidak lagi terjadi
korupsi dan bahkan ingin merubah system hokum di Indonesia menjadi adil.
Penjara tidak lagi hanya untuk orang menengah kebawah saja, melainkan penjara
adalah benar-benar tempat untuk bias membuat orang jera. Sampai pada keinginan
untuk menjadikan Negara ini berdasarkan syariat Islam yang rahmatan lil alamin,
yang menegakkan nilai dasar keimanan dan bahkan hokum yang ditegakkan adalah
berdasarkan nilai keagamaan. Dan masih banyak lagi janji-janji dari mereka
untuk bias menarik suara rakyat agar memilihnya. Yang mana mereka semua, para
calon pemimpin-pemimpin bangsa, tahu bahwa itulah yang didambakan oleh rakyat
Indonesia. Kesejahteraan, keseimbangan, keadilan.
Namun, setelah mereka terpilih,
apa yang mereka lakukan. Menjalankan apa yang mereka janjikankah…? Merakyatkah
seperti sebelumnya…?
Pertanyaan seperti itu, tidaklah
perlu untuk dijawab, diempiriskan saja, dilihat saja apa hasilnya. Jikalau
memang benar apa yang mereka janjikan itu benar-benar mereka jalankan, pastilah
ada sedikitnya hasil yang dapat dirasakan bangsa Indonesia saat ini. Namun,
coba tengok sekeliling kita, coba tengok daerah-daerah pelosok, sejahterakah
kehidupannya..? jika sejahtera, tidaklah mungkin mereka merasakan kelaparan,
bahkan hamper saja mati karena kelaparan, tidak hanya hamper mati, tapi sudah
mati. Jangankan di daerah pelosok, di kota-kota besar sajalah, masih adakah
kriminalitas… oh.. tidak hanya masih, tapi banyak sekali, padahal kalau kita
lihat semakin banyak acara televise yang mengkompetisikan menjadi seorang Da’I
kondang. Bukan hanya calon da’I, tapi seorang Da’I kondang sudah banyak road
show kemana-mana. Tapi apa hasilnya, mana orang yang semakin meningkat
keimanannya… yang ada hanyalah semakin banyak kriminalitas merajalela
dimana-mana. Mulai dari orang yang sudah tua renta, paruh baya, remaja bahkan
anak kecil tega membunuh, mencabuli, merampok dan sebagainya. Semakin bobrok
saja moral bangsa ini. Tidak hanya
masalah kesejahtereaan, moralitas, tapi juga hokum, politik, pendidikan dan
segala sector kehidupan ini rusak.
Coba kita telaah saja satu per
satu permasalahan kehidupan ini. Apa sebenarnya yang menjadi sumber persoalan
dari kerusakan masyarakat ini. Sebuah masalah yang tersistem ini, pastilah ada
muaranya, pastilah ada sumbernya. Jika dianalogikan system masyarakat ini
adalah tubuh manusia. Maka, ketika ada seseorang sakita dengan gejala panas, pilek,
batuk, sesak nafas, maka apakah hanya diberi obat batuk saja sudah sembuh semua
gejala tersebut, tidak. Sebab ada sumber yang menyebabkan gejala tersebut
muncul. Sama halnya dengan gejala rusaknya masyarakat Indonesia. Pasti ada
sumber masalah yang mendasari semua masalah itu muncul. Yang mana jikalau kita
tahu apa yang menjadi sumber masalah tersebut, maka akan dengan mudah kita
menyeleseikannya.
Untuk itulah, saya menuliskan
ini, lantaran sebagai sebuah gambaran kepada kita semua untuk seringlah menghayati
sekeliling kita. Apa yang terjadi, apa yang mereka rasakan dan impikan. Dan
sesungguhnya, apa yang mereka inginkan hanyalah satu. Terwujudnya masyarakat
yang baik, yang seimbang, dimana kuat diberbagai aspek kehidupan. Berlandaskan
hokum keseimbangan, bukanlah keadilan yang sama rata sama rasa, melainkan
segala aspek kehidupan yang mengarahkan pada terciptanya kehidupan yang
seimbang. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang tak kalah dengan Negara-negara
asing, kesejahteraan yang seimbang, hokum yang benar-benar menegakkan
kebenaran, bukan berdasarkan jumlah kekayaan yang dimiliki dan pendidikan yang
benar-benar mencetak tenaga ahli yang mampu menyeleseikan masalah di
masyarakat. Bukan hanya sekolah, perguruan tinggi yang hanya bias
berlomba-lomba meraih nilai tinggi, tapi nilai itu apalah gunanya, jika tidak
mampu menyeleseikan masalah masyarakat saat ini. Dimana keberadaan para
sarjana-sarjana yang sekolah diberbagai disiplin ilmu…? Bangsa ini membutuhkan
ilmu yang telah kau tempuh selama bertahun-tahun. Atau jangan-jangan, orang
yang benar-benar jujur, tekun dalam belajarnya untuk mendapatkan keahlian,
kalah dengan mereka yang tidak tekun, tidak mengejar ketrampilan tapi memiliki
harta kekayaan untuk mendapatkan “kursi panas” itu. Malang sekali nasib kalian
para pekerja keras dalam mendapatkan ilmu untuk perubahan masyarakatmu ini.
Seringkali saya menjumpai
orang-orang yang cerdas sebenarnya dalam pola pikirnya untuk melakukan
perubahan masyarakat. Namun mereka terdampar menjadi tukang sapu disekolah, penjual
kopi di kedai-kedai kecil, dan bahkan tak jarang menemukan para
pendakwah-pendakwah yang menyampaikan wacana akan masalah masyarakat ini. Namun
tak banyak juga mereka terkendala dengan posisi mereka saat ini yang tak ada
derajatnya dihadapan orang, sehingga diremehkan, diacuhkan, bahkan dicaci,
“tahu apa bapak ini, sekolah saja tidak lulus, tidak sampai jenajng perguruan
tinggi, ngomong macam-macam,,” begitulah cacian yang sering mereka terima
ketika ingin menyampaikan keluhan mereka kepada public. Sedangkan para
pendakwah, terkendala saat ini dengan opini yang dihembuskan public saat ini
tentang munculnya berbagai aliran-aliran sesat, yang akhirnya menjadikan
mereka-mereka yang menginginkan untuk belajar ilmu agama, jadi “ngepir”, tidak
berani belajar agama lebih dalam, takut sesat. Kasihan sekali mereka yang
hendak menyampaikan akan wacara kerusakan masyarakat, agar mereka semua sadar
akan masalah ini, dan bergegas untuk merubahnya, menjadi takut karena opini
tersebut. Akhirnya tidak ada yang banyak menyadari akan hal ini, kalaupun ada
yang menyadari, hanya terdiam, karena merasa bukan urusannya, dan bahkan ada
yang benar-benar pasrah dengan keadaan, dengan mengatas namakan agama, bahwa
ini memang takdir Tuhan, apakah Tuhan sekejam ini, atau sebenarnya jika kita
mau untuk berpikir, maka akan menemukan jalan untuk melakukan perubahan akan
hal ini. Bukankah sudah ada hokum-hukum alam yang bias kita temukan untuk
melakukan perubahan pada diri kita maupun masyarakat kita. Jika hanya diam
bahkan pasrah dengan keadaan, mana mungkin akan terjadi perubahan. Yang ada
hanyalah mereka yang semakin menjadi untuk melakukan kerusakan masyarakat, dan
kita yang terkena imbasnya.
Ini hanyalah sebuah keluhan
seorang rakyat jelata yang mendambakan terwujudnya masyarakat yang baik, yang
seimbang. Saya yakin, sebenarnya kita semua merasakan hal ini. Tapi dengan ini,
mudah-mudahan bias menghentakkan diri kita untuk terjun di masyarakat,
menengok, merasakan, memikirkan bagaimana melakukan perubahan akan hal ini.
Untuk kalian yang sadar dan mau untuk berpikir melakukan perubahan terhadap
masyarakat kita ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar