Minggu, 21 Oktober 2012

Kepasrahan Totalitas, Makna Ibadah Qurban



Kepasrahan Totalitas, Makna Ibadah Qurban

Ibadah qurban merupakan salah satu bentuk kemuliaan seorang hamba. Sebab, dengan berqurban berarti dirinya telah mengalahkan kepentingan pribadinya demi pengabdiannya kepada Allah. Dan hanya orang-orang yang penuh kecintaan dan kepasrahan untuk berqurban.
Sebagai salah satu ibadah yang hukumnya sunnah, setidaknya ibadah qurban mengandung nilai-nilai dimensi tauhid, dimensi spiritual dan dimensi sosial. Dalam sejumlah riwayat disebutkan, berqurban di zaman para Nabi dan Rasul terdahulu terlukis dengan jelas bahwa harga dan nilai qurban itu adalah ketakwaan dan kesabaran dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT.
KHE Abdurrahman dalam bukunya Hukum Kurban, Akidah dan Sembelihan memaparkan, harga dan nilai qurban dalam pandangan Allah SWT ialah pembangkit utama yang menggugah niat yang ikhlas dan mencerminkan keteguhan iman serta ketakwaan yang murni. Karenanya, ibadah qurban dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Berikut ini kami paparkan bagaimana ibadah qurban memiliki 3 dimensi, yakni dimensi tauhid, spiritual dan sosial.

Dimensi Tauhid
 Ibadah qurban mempunyai nilai ketauhidan yang sangat kental. Ibadah qurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dengan mengorbankan anak yang dicintainya mengajarkan kepada manusia sikap bertauhid yang sesungguhnya. Nabi Ibrahim mampu membebaskan dirinya dari penghambaan kepada materi (dalam hal ini anak yang dicintainya) menuju penghambaan kepada Allah semata.
Melalui ibadah qurban ini Nabi Ibrahim memperlihatkan keimanan, ketundukan, ketaatan hanya kepada Allah. Beliau juga telah berhasil melepaskan diri dari kecintaannya terhadap dunia, baik jasad, jiwa, hati maupun ruhnya. Karena hal tersebut akan menjadi penghalang seseorang untuk melakukan pengorbanan, ketaatan atau kepatuhan dalam menjalankan perintah Allah.
Disisi lain, nilai tauhid yang ada dalam kisah qurban Nabi Ibrahim adalah pengorbanan dilakukan demi pengabdian kepada Allah semata. Ibadah qurban juga menegaskan larangan melaksanakan ibadah untuk selain Allah. Seperti, melakukan qurban yang diperuntukkan bagi penjaga Pantai Selatan agar tidak menimpakan bencana atau melakukan qurban yang diperuntukkan bagi sesuatu yang akan mendatangkan manfaat.

Dimensi Spiritual
Ibadah qurban merupakan sarana pembuktian keimanan seorang hamba kepada Allah. Keimanan meliputi keikkhlasan, yang berarti ibadah qurban yang dilakukan harus murni dilakukan semata-mata karena Allah dan dalam rangka menjalankan perintahNya. Dengan berqurban, diharapkan dapat menumbuhkan dan mengasah keikhlasan seorang hamba. Karena keikhlasan akan selalu naik dan turun dan akan selalu menguat dan melemah.
Qurban yang dilaksanakan bukan karena Allah, seperti malu bila tidak berqurban atau ingin pamer sebagai orang yang rajin ibadah, ibadah qurban yang dilakukannya itu tak ada gunanya.
Keimanan juga meliputi ketaatan, yang berarti ibadah qurban yang dilaksanakan harus didasari atas ketaatan seorang hamba kepada perintah Allah dan bukan didasari atas ketaatan kepada selainNya. Diharapkan dengan adanya ritual ibadah qurban dapat meningkatkan ketaatan baik ketaatan dalam menjalankan perintah Allah maupun ketaatan dalam menjauhi segala laranganNya.
Keimanan juga meliputi pengorbanan. Pengorbanan ini direfleksikan dalam bentul materi yang dipersembahkan, yaitu hewan sembelihan. Ritual ibadah qurban juga melatih seorang hamba untuk selalu siap berkorban, sebagaimana halnya dengan Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan anak yang dicintainya demi perintah Allah.

Dimensi Sosial
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tak mungkin hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Ia membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. Bahkan manusia juga membutuhkan hewan sebagai kendaraan dan lainnya. Tumbuh-tumbuhan juga dibutuhkan sebagai makanan.
Diantara banyak syariat Islam yang diperintahkan kepada kaum muslim, mengandung hubungan horisontal bagi sesama manusia, misalkan zakat, sholat, puasa, haji, sama halnya dengan ibadah qurban. Melalui ibadah qurban ini, seorang hamba ditempa untuk memiliki jiwa kepedulian terhadap orang lain. Salah satu hikmah berqurban adalah menggembirakan golongan fakir miskin. Sebab, tidak semua orang mampu makan daging walaupun dia tinggal di kota besar. Maka dianjurkan sekali bagi orang yang mampu untuk berqurban dan membagikan baging dari hewan qurban tersebut kepada sodara sesama manusia, terutama fakir miskin.
Ibadah qurban juga mengandung pesan-pesan moral yang ditujukan dengan simbol-simbol yang ada dalam ritual ibadah qurban. Sejarah qurban Nabi Ibrahim merupakan sejarah yang penuh dengan nilai pengorbanan. Dalam hal ini kita meneladani Nabi Ibrahim, seperti yang sudah dijelaskan diatas. Dimana menandakan kerelaannya pula dalam mengorbankan segala hal yang dimilikinya untuk menjalankan perintah Allah.
Kata “pengorbanan” yang dimunculkan dalam ritual ibadah qurban ini merupakan salah satu bentuk sikap moral yang apabila diaplikasikan dapat menjadi solusi berbagai permasalahan. Contohnya orang kaya yang mau berkorban dengan hartanya untuk orang-orang miskin sehingga memberikan solusi bagi permasalahan orang-orang miskin disekitarnya. Bagitu juga seorang pemimpin yang rela berkorban dengan meninggalkan hawa nafsu dan egonya demi kemaslahatan masyarakat, bukan untuk kemaslahatan pribadi dan golongan.
Lebih jauh lagi, kaum muslim harus rela berkorban baik harta dan jiwa, maupun tenaga dan fikirannya untuk menjalankan apa yang Allah perintahkan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim. 

1 komentar:

Philosofia mengatakan...

Thanks for "likes"