Ibadah qurban merupakan salah satu bentuk kemuliaan seorang
hamba. Sebab, dengan berqurban berarti dirinya telah mengalahkan kepentingan
pribadinya demi pengabdiannya kepada Allah. Dan hanya orang-orang yang penuh
kecintaan dan kepasrahan untuk berqurban.
Sebagai salah satu ibadah yang hukumnya sunnah, setidaknya
ibadah qurban mengandung nilai-nilai dimensi tauhid, dimensi spiritual dan dimensi
sosial. Dalam sejumlah riwayat disebutkan, berqurban di zaman para Nabi dan
Rasul terdahulu terlukis dengan jelas bahwa harga dan nilai qurban itu adalah
ketakwaan dan kesabaran dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT.
KHE Abdurrahman dalam bukunya Hukum Kurban, Akidah dan
Sembelihan memaparkan, harga dan nilai qurban dalam pandangan Allah SWT ialah
pembangkit utama yang menggugah niat yang ikhlas dan mencerminkan keteguhan
iman serta ketakwaan yang murni. Karenanya, ibadah qurban dimaksudkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Berikut ini kami paparkan bagaimana ibadah qurban memiliki 3
dimensi, yakni dimensi tauhid, spiritual dan sosial.
Dimensi Tauhid
Ibadah qurban
mempunyai nilai ketauhidan yang sangat kental. Ibadah qurban yang dilakukan
oleh Nabi Ibrahim dengan mengorbankan anak yang dicintainya mengajarkan kepada
manusia sikap bertauhid yang sesungguhnya. Nabi Ibrahim mampu membebaskan
dirinya dari penghambaan kepada materi (dalam hal ini anak yang dicintainya)
menuju penghambaan kepada Allah semata.
Melalui ibadah qurban ini Nabi Ibrahim memperlihatkan
keimanan, ketundukan, ketaatan hanya kepada Allah. Beliau juga telah berhasil
melepaskan diri dari kecintaannya terhadap dunia, baik jasad, jiwa, hati maupun
ruhnya. Karena hal tersebut akan menjadi penghalang seseorang untuk melakukan
pengorbanan, ketaatan atau kepatuhan dalam menjalankan perintah Allah.
Disisi lain, nilai tauhid yang ada dalam kisah qurban Nabi
Ibrahim adalah pengorbanan dilakukan demi pengabdian kepada Allah semata. Ibadah
qurban juga menegaskan larangan melaksanakan ibadah untuk selain Allah. Seperti,
melakukan qurban yang diperuntukkan bagi penjaga Pantai Selatan agar tidak
menimpakan bencana atau melakukan qurban yang diperuntukkan bagi sesuatu yang
akan mendatangkan manfaat.
Dimensi Spiritual
Ibadah qurban merupakan sarana pembuktian keimanan seorang
hamba kepada Allah. Keimanan meliputi keikkhlasan, yang berarti ibadah qurban
yang dilakukan harus murni dilakukan semata-mata karena Allah dan dalam rangka
menjalankan perintahNya. Dengan berqurban, diharapkan dapat menumbuhkan dan
mengasah keikhlasan seorang hamba. Karena keikhlasan akan selalu naik dan turun
dan akan selalu menguat dan melemah.
Qurban yang dilaksanakan bukan karena Allah, seperti malu
bila tidak berqurban atau ingin pamer sebagai orang yang rajin ibadah, ibadah
qurban yang dilakukannya itu tak ada gunanya.
Keimanan juga meliputi ketaatan, yang berarti ibadah qurban
yang dilaksanakan harus didasari atas ketaatan seorang hamba kepada perintah
Allah dan bukan didasari atas ketaatan kepada selainNya. Diharapkan dengan
adanya ritual ibadah qurban dapat meningkatkan ketaatan baik ketaatan dalam
menjalankan perintah Allah maupun ketaatan dalam menjauhi segala laranganNya.
Keimanan juga meliputi pengorbanan. Pengorbanan ini
direfleksikan dalam bentul materi yang dipersembahkan, yaitu hewan sembelihan. Ritual
ibadah qurban juga melatih seorang hamba untuk selalu siap berkorban,
sebagaimana halnya dengan Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan anak yang
dicintainya demi perintah Allah.
Dimensi Sosial
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tak mungkin hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain. Ia membutuhkan manusia lainnya untuk
berinteraksi. Bahkan manusia juga membutuhkan hewan sebagai kendaraan dan
lainnya. Tumbuh-tumbuhan juga dibutuhkan sebagai makanan.
Diantara banyak syariat Islam yang diperintahkan kepada kaum
muslim, mengandung hubungan horisontal bagi sesama manusia, misalkan zakat,
sholat, puasa, haji, sama halnya dengan ibadah qurban. Melalui ibadah qurban
ini, seorang hamba ditempa untuk memiliki jiwa kepedulian terhadap orang lain. Salah
satu hikmah berqurban adalah menggembirakan golongan fakir miskin. Sebab, tidak
semua orang mampu makan daging walaupun dia tinggal di kota besar. Maka dianjurkan
sekali bagi orang yang mampu untuk berqurban dan membagikan baging dari hewan
qurban tersebut kepada sodara sesama manusia, terutama fakir miskin.
Ibadah qurban juga mengandung pesan-pesan moral yang
ditujukan dengan simbol-simbol yang ada dalam ritual ibadah qurban. Sejarah qurban
Nabi Ibrahim merupakan sejarah yang penuh dengan nilai pengorbanan. Dalam hal
ini kita meneladani Nabi Ibrahim, seperti yang sudah dijelaskan diatas. Dimana
menandakan kerelaannya pula dalam mengorbankan segala hal yang dimilikinya
untuk menjalankan perintah Allah.
Kata “pengorbanan” yang dimunculkan dalam ritual ibadah
qurban ini merupakan salah satu bentuk sikap moral yang apabila diaplikasikan
dapat menjadi solusi berbagai permasalahan. Contohnya orang kaya yang mau
berkorban dengan hartanya untuk orang-orang miskin sehingga memberikan solusi
bagi permasalahan orang-orang miskin disekitarnya. Bagitu juga seorang pemimpin
yang rela berkorban dengan meninggalkan hawa nafsu dan egonya demi kemaslahatan
masyarakat, bukan untuk kemaslahatan pribadi dan golongan.
Lebih jauh lagi, kaum muslim harus rela berkorban baik harta
dan jiwa, maupun tenaga dan fikirannya untuk menjalankan apa yang Allah
perintahkan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim.
1 komentar:
Thanks for "likes"
Posting Komentar