Emosi Cinta Merambah Aktivis Dakwah
(Sebuah
Analisa Pengaruh Emosi Cinta dalam Dunia Dakwah)
Minggu lalu ada seorang akhwat dating mencritakan
tentang fenomena teman2nya yang banyak keluar dari lingkungan pendidikan
dikarenakan berbagai kasus. Kemudian dia juga menceritakan bahwa banyak dari
teman2nya yang sibuk untuk mencari seorang pasangan. Dikarenakan mereka sudah
menginjak semester akhir. Dan hal itu merisaukan dia. Lalu dia menanyakan
bagaimana sebenarnya menempatkan emosi cinta dalam dunia dakwah ini. Sebab
tidak bias dipungkiri dirinyapun merasakan rangsangan cinta itu dengan salah
seorang ikhwan yang dikenalnya.
Dari pertanyaan
itulah munculnya tulisan ini. Bagaimana sebuah emosi cinta seorang aktivis
dakwah mempengaruhi pekerjaan dakwah. Dan seberapa besar pengaruhnya dalam
pekerjaan dakwahnya.
Makna Dakwah dan Dinamikanya
“Setiap langkah yang dilalui oleh
seseorang yang bersedia menegakkan amar ma’ruf nahi munkar akan dibalas dengan
pahala seperti yang telah Allah berikan kepada para Nabi dan Rasul.”
Hadist yang diriwayatkan oleh Muslim tersebut menunjukkan nilai penting
dakwah yang harus dilakukan oleh seorang muslim. Seperti yang tertuang dalam AQ
surat Ali Imron : 104. “Dan hendaklah ada
diantara kamu segolongan umat yang mengajak kebajikan dan melarang kemunkaran,
mereka adalah orang-orang yang beruntung.”
Kedua landasan tersebut menunjukkan adanya sebuah misi yang diemban oleh
seorang muslim adalah menegakkan kebajikan, yakni seperti yang kita ketahui
selama ini, misi pembangunan masyarakat yang baik, dimana masyarakat yang kuat
di berbagai aspek kehidupan.
Meninjau menurut sejarah jalan hidup Rasul selama 13 tahun Nabi berdakwah
di Mekkah sebelum akhirnya hijrah ke Madinah, menunjukkan bahwa tugas dakwah
ini merupakan tugas mulia bahkan adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim.
Tidak hanya Rasul, tapi selruh umat yang beriman hendaklah menyerukan kepada
kebajikan dan melarang kepada kemunkaran.
Ketika melihat tugas dakwah yang wajib diemban oleh setiap muslim, tidak
jarang setiap orang, bahkan pemuda saat ini mengikuti berbagai organisasi islam
yang dianggap menjalankan misi menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan
semangat perubahan. Dan tidak jarang pula ketika masuk ke dalam organisasi
tersebut untuk bersama melakukan sebuah perubahan, disibukkan dengan berbagai
aktivitas dakwah. Mulai dari kaderisasi hingga seminar-seminar keagamaan. Belum
lagi aktivitas selainnya untuk menunjang kesuksesan dakwah. Ditambah mereka
yang masih mengemban bangku kuliah harus menghadapi tugas-tugas kuliah yang
tidak mudah.
Jika seseorang sudah terjun dalam dunia dakwah ini, banyak sekali persoalan
yang musti dihadapi. Mulai dari persoalan internal maupun eksternal. Internal
misalkan adanya masalah mental diri, kualitas diri hingga persoalan keluarga,
yang mana menunggu untuk diseleseikan. Belum lagi persoalan eksternal, misalkan
dalam berkompetisi ada yang tidak sportif, akhirnya muncul fitnah, kemudian
masalah kaderisasi dakwah sendiripun
banyak dinamika yang juga menanti untuk segera dipecahkan. Jika kedua
persoalan tersebut tidak terseleseikan, maka akan muncul berbagai macam
persoalan lainnya.
Jika persoalan-persoalan tersebut tidak kunjung selesei, maka akan
menimbulkan persoalan pemikiran, mulai dari stress, bingung, yang meningkatkan
emosi marah, butuh pelampiasan dan sebagainya. Ada pula yang berusaha lari dari
masalah ketika dia tidak mampu lagi memecahkan masalah tersebut. Dan yang lebih
parah, mereka yang tidak mampu memecahkan persoalannya dan lari dari masalah,
membutuhkan pelampiasan, yang mana masalah tidak akan mungkin terpecahkan
karena hal ini.
Dari paparan diatas, tentang nilai penting dakwah yang menjadi landasan
aktivis-aktivis dakwah menjadikan dakwah sebagai pekerjaan mereka hingga
dinamika dakwah yang dialami sudah jelas menunjukkan betapa sulit jalan dakwah
ini ketika dilalui. Apalagi diwaktu awal kali merintis yang masih sendiri,
membutuhkan teman untuk share dan bersama melakukan perubahan. Maka akan sangat
menguras tenaga dan waktu. (Untuk lebih
kongkrit tentang dinamika dakwah bisa membaca artikel sebelumnya)
Emosi Cinta, Sebab dan Dinamikanya
Ditinjau dari istilah, pengertian emosi cinta adalah kesukaan terhadap
sesuatu yang berlebih. Dikatakan berlebihan karena mengandung sebuah emosi.
Misalkan emosi marah, bahagia dan sebagainya. Yang tidak hanya sebuah ungkapan
saja, melainkan ada wujud perilakunya sebagai bukti ungakapan cinta tersebut.
Jika menurut beberapa orang yang berdasarkan pengalaman pribadinya, ada
yang mengungkapkan cinta adalah sebuah ungkapan perasaan suka terhadap
seseorang hingga rela mengorbankan diri untuknya. Sedikit cerita agar lebih
kongkrit, ketika seseorang jatuh cinta maka rasa ingin memiliki, selalu bersama
dan teringat masa-masa bahagia selalu itulah yang dikatakan sebagai sebuah
perasaan orang yang sedang jatuh cinta. Menurut beberapa orang ketika mereka
merasakan sebuah perasaan jatuh cinta itu adalah ketika ada sebuah hasrat dan
pikiran untuk bersama dan tak terpisahkan. Mulai dari mereka yang tidak kenal
nilai islam hingga yang mengaku mengenal islampun mengatakan demikian ketika
mereka merasakan jatuh cinta.
Jika kita berbicara sebab munculnya, banyak ditinjau dari berbagai aspek.
Mungkin ada yang pernah membaca sebuah novel yang sangat kontroversial kala itu
yang berjudul Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur. Yang mana menunjukkan adanya
seorang muslimah yang terseret oleh sebuah pemikirannya sendiri yang meragukan
Islam dan bahkan adanya Tuhan. Ditambah dengan traumatisnya terhadap sebuah
organisasi islam, sehingga menyeretnya pada pelampiasan nafsu seksual.
Sedikit cerita singkat tentang Nida Kirani, tokoh utama novel Tuhan Izinkan
Aku Menjadi Pelacur ini. Dia seorang muslimah yang taat. Tubuhnya dihijabi oleh
jubah dan jilbab besar. Hampir semua waktunya dihabiskan untuk sholat, baca AQ
dan berdzikir. Dia memilih hidup yang sufistik yang demi ghirah kezuhudannya
kerap dia hanya mengkonsumsi roti ala kadarnya di sebuah pesantren mahasiswa.
Cita-citanya hanya satu : untuk menjadi muslimah yang beragama secara kaffah.
Tapi ditengah jalan ia diterpa badai kekecewaan. Organisasi garis keras yang
mencita-citakan tegaknya syariat Islam di Indonesia yang diidealkannya bisa
mengantarkannya ber Islam secara kaffah, ternyata malah merampas nalar kritis
sekaligus imannya. Setiap tanya yang dia ajukan dijawab dengan dogma yang
tertutup. Berkali-kali digugatnya kondisi itu, tapi hanya kehampaan yang hadir.
Bahkan Tuhan yang selama ini dia agung-agungkan seperti lari dari tanggung
jawab dan emoh menjawab keluhannya. Dalam keadaan kosong itulah ia terjerembab
dalam dunia hitam. Ia lampiaskan frustasinya dengan free sex dan mengkonsumsi obat-obat
terlarang. “Aku hanya ingin Tuhan melihatku. Lihat aku Tuhan. Kan kutuntaskan
pemberontakanku kepadamu”. Katanya setiap kali usai bercinta yang dilakukannya
tanpa ada secuil pun raut sesal. Dari petualangan seksnya itu tersingkap
topeng-topeng kemunafikan dari aktivis-aktivis dakwah yang menidurinya.
Itulah secuil kisah seorang Nida Kirani yang konon merupakan kisah nyata.
Dari sini ada sebuah sebab munculnya sebuah hasrat itu karen aadanya sebuah
kebutuhan yang sangat mendalam untuk bercerita, menyalurkan apa yang dia
rasakan, baik suka maupun duka. Yang mana ketika mendapati sebuah kenikmatan
itu sekali saja, maka nikmat cinta yang berbuah seksual itu akan menjadi candu
dan ingin terus dipenuhi karena merupakan sebuah kenikmatan.
Dari sini dapat diketahui bahwa emosi cinta yang menginginkan sebuah
implementasi dari perasaan mereka itu disebabkan oleh adanya kebutuhan seksual
yang ingin disalurkan, terutama mereka yang sudah remaja menginjak dewasa,
secara hukum alamiahnya memiliki kebutuhan untuk berkeluarga yang mana ada
sebuah hasrat atau nafsu seksual. Ditambah pengetahuan yang mereka miliki akan
mempengaruhi pemilihan perilaku. Nida Kirani yang memiliki pengetahuan minim,
memilih jalan menjadi seorang pelacur, sedangkan aktivis tersebut yang memiliki
pengetahuan dampak yang terjadi akibat perbuatan mereka nanti akan banyak
memberikan mudorot, maka mereka masih mampu menahan nafsu mereka.
Analisa Keterhubungan Keduanya
Banyak potensi dalam setiap jiwa manusia yang bisa menyeretnya ke jalan
kefasikan. Misalkan masalah syahwat ini. Sebenarnya syahwat ini merupakan
potensi fitrah yang diberikan oleh Allah kepada setiap manusia. Namun ternyata
banyak manusia yang terpereset ke dalam jurang kehinaan karena memperturutkan
keinginan syahwatnya. Bukan hanya manusia kebanyakan, bahkan para aktivis
dakwah memiliki peluang terjebak dalam gejolak syahwat.
Allah menggambarkan syahwat sebagai sebuah kenyataan naluriah,
“dijadikan indah pada pandangan
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternah dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan
disisi Allah tempat kembali yang baik (surga)” (QS Ali Imran : 14)
Wanita menempati urutan pertama yang Allah sebutkan sebagai kecintaan
manusia pada umumnya. Hal ini menunjukkan sebuah kecenderungan yang terjadi
secara timbal balik antara laki-laki dan perempuan. Tidak heran, banyak
diantara manusia yang terjerumus dalam kejahatan seksual, karena tak
mengarahkan naluri seksualnya sesuai aturan islam.
Dari ayat tersebut bukan berarti menunjukkan bahwa wanita merupakan sumber
kejahatan, melainkan menggambarkan dorongan kecenderungan syahwat manusia
kepada lawan jenisnya. Lelaki memiliki ketertarikan yang kuat kepada wanita,
sehingga bisa menimbulkan fitnah jika tidak diatur. Wanitapun demikian,
memiliki ketertarikan kepada laki-laki yang sangat kuat yang akan bisa
menimbulkan fitnah jika tidak diarahkan kepada aturan yang benar.
Gejolak syahwat ini muncul dengan sendirinya tanpa mengenal batas usia,
meskipun akan tampak lebih kuat terjadi pada usia muda. Oleh karena itu bagi
aktivis dakwah gejolak ini sering muncul dan membutuhkan untuk ditanggapi,
sebab jika dibiarkan atau bahkan ditahan tanpa ada pemecahan akan berdampak
menimbulkan kecenderungan yang bisa menjerumuskan. Sebab moral aktivis dakwah
bisa terganggu disebabkan oleh syahwat, apalagi bagi para aktivis dakwah yang
belum menikah. Bukan berarti gejolak syahwat hanya terjadi pada pemuda yang
belum menikah. Pada kalangan yang telah berkeluarga, memiliki anak bahkan cucu,
kecenderungan syahwat tetap ada dan memerlukan penyaluran. Untuk itu, para
aktivis harus menjadi pihak yang paling pandai menjaga dirinya sehingga gejolak
syahwat tidak menyebabkan potensi negatif dalam kegiatan dakwah.
Kesimpulan
Dari paparan diatas, dapat kita ketahui korelasi antara tugas dakwah dengan
emosi cinta. Dimana ketika seorang pendakwah yang memiliki tugas dakwah yang
cukup berat akan dapat menyita waktu yang cukup panjang. Ketika seorang
pendakwah jatuh cinta maka sebagian waktunya akan dialihkan kepada pemenuhan
kebutuhan tersebut. Namun bukan berarti seorang aktivis dakwah tidak
diperbolehkan jatuh cinta atau bahkan menjalin sebuah hubungan. Melainkan
ketika mereka menjalin sebuah hubungan akan memiliki konsekuensi managemen
waktu. Sehingga ketika aktivis tersebut sudah menyiapkan managemen waktu dalam
hal ini ketika aktivis tersebut sudah mampu memilah-milah, maka akan memudahkan
dalam menjalani keduanya, menjalin sebuah hubungan untuk pemenuhan kebutuhan
nafsunya dan aktivitas dakwah sebagai tugas utama.
Ada beberapa hal yang butuh disiapkan dalam menjalani keduanya, yakni :
1.
Adanya
kesiapan diri, dalam hal ini karir di bidang atau peran masing-masing aktivis.
Semakin mapan karir / perannya maka semakin siap dalam menjalani hubungan
karena secara managemen diri dan emosinya sudah mampu
2.
Adanya
perencanaan berkeluarga karena orientasi berhubungan adalah untuk tujuan
membina sebuah keluarga pejuang. Jika tidak diorientasikan kepada terbentuknya
sebuah keluarga, maka dalam membina hubungan akan mudah terpeleset.
3.
Dan adanya
kesiapan dalam hal pengetahuan. Jika tidak ada pengetahuan terutama dalam hal
perhitungan dampak baik buruknya akan mudah terpeleset. Sebab lingkungan saat
ini sangat mudah mempengaruhi nilai-nilai liberalisme yang menyebabkan
batas-batas aturan islam menjadi samar.
ketika para aktivis dakwah tersebut memiliki ketiga aspek diatas, dalam
menjalani keduanya akan lebih mudah. Sebab akan mampu memilah mana yang
prioritas dan mana yang tidak. Mana yang memiliki dampak positif dan mana yang
negatif. Semoga dengan penulisan artikel ini akan membuka mata para aktivis
dakwah untuk menyiapkan diri ketika menjalani sebuah hubungan. Dan sebelumnya
dapat menyiapkan hal ini. Sebab bagaimanapun juga, hidup kita di dunia ini
hanya sementara, kecintaan itupun hanya semu. Masih ada hal yang layak untuk
kita kejar, yakni kebahagiaan surga dengan jalan ini. Sehingga yang menjadi
tujuan utama kita adalah bagaimana masyarakat ini dapat terbangun dengan baik
seperti yang dilakukan oleh Rasul terdahulu, melakukan sebuah perubahan
masyarakat yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar