MOTIVASI DAKWAH
(Belajar dari Surat Al-Muddatsir)
Pengantar (Masalah yang Mendasari)
Saat ini umat Islam banyak mengalami krisis keteladanan. Akibatnya
generasi muda Islam megidolakan orang-orang yang sesungguhnya tidak layak
dijadikan teladan bahkan diikuti semua gayanya. Padahal sesungguhnya umat Islam
memiliki seorang tokoh, panutan yang bahkan orang barat sekalipun mengakui
ketokohan beliau yang merupakan orang paling berpengaruh di dunia. Beliaulah
Nabi kita, Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW adalah teladan kita semua para umat Islam. Tanpa
kehadirannya, mungkin kita sekarang tidak akan pernah mengenal agama yang
rahmatan lil alamin ini. Agama yang banyak mengajarkan kita tentang semua aspek
kehidupan. Rasulullah SAW pun telah memberikan banyak suri tauladan kepada
kita, mulai dari perdagangan, hukum, militer, kepemimpinan hingga dakwah. Namun,
terkadang kita tidak pernah tahu bagaimana perjalanan hidup Rasulullah dalam
menjalankan misi tersebut. Dibalik kesuksesannya menyebarkan ajaran Islam,
terdapat dinamika dakwah yang luar biasa besar menimpa Rasul dan pengikutnya.
Disini penulis akan mencoba mengajak para pembaca untuk menyelami
dinamika dakwah pertama kali yang dilakukan oleh Rasulullah setelah menerima
wahyu pertama. Agar kita semua dapat belajar dari sukses gagalnya Beliau ketika
berdakwah. Dengan demikian, kita akan bisa mengikuti jalan suksesnya dan
menghindari jalan-jalan kegagalannya.
Landasan Perintah Dakwah
Nabi Muhammad melaksanakan dakwah tidak kurang dari 23 tahun. Dakwah
Rasulullah terbagi menjadi dua tahap. Dakwah pertama dilakukan secara
sembunyi-sembunyi (Sirriyah) selama 4
tahun yakni kepada sanak saudara dan teman terdekat. Tahap dakwah berikutnya
dilakukan secara terbuka (Jahriyyah).
Namun dakwah ini belum memperoleh hasil yang menggembirakan. Barulah saat Nabi
dan seluruh pengikutnya berpindah ke Madinah, kekuatan muslim mulai disegani di
jazirah Arab.
Pada tahun awal kenabian, Beliau berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Perjalanan
dakwah secara tertutup ini dilakukan setelah turunnya wahyu kedua, yakni surat
Al-Muddatsir ayat 1-7 sebagai berikut :
“Hai orang yang
berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan ! Dan agungkanlah
Rabbmu. Dan bersihkanlah pakaianmu. Dan tinggalkanlah segala perbuatan yang
keji. Dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh
(balasan) yang lebih layak. Dan karena Rabbmu, bersabarlah.”
Dakwah secara
sembunyi-sembunyi inipun diperintahkan dengan alasan yang kuat, dikarenakan
beliau sangat paham dengan karakter masyarakat Quraisy. Mereka akan memerangi
siapa saja yang mencela keyakinan mereka. Karena itulah beliau memilih jalan
sembunyi-sembunyi agar terhindar dari ancaman dari kaum Quraisy. Hingga
kekuatan umat Islam sudah dirasa kuat, maka Allah memerintahkan untuk dakwah
terang-terangan. Karena jika ditentang, maka umat Islam sudah memiliki kekuatan
untuk melawan. Maka tidak benar jika orang-orang orientalis mengatakan bahwa
Islam mengajarkan peperangan. Sungguh salah besar. Sebab, Islam berperang demi
mempertahankan agamanya karena ditindas oleh kaum kafir Quraisy.
Pelajaran yang Bisa Diambil
Dari analisa
perintah dakwah diatas, dan berdasarkan pengalaman penulis terkait dunia
dakwah, maka dapat kita ambil pesan yang disampaikan dalam wahyu surat Al
Muddatsir ayat 1-7 sebagai beirkut :
1. 1. Perintah untuk Memberikan Peringatan kepada
semua orang
Sesungguhnya kita manusia adalah
penerus jalan hidup Rasul yakni menjalankan misi dakwah. Menyeru kepada
kebajikan dimanapun kita berada. Meluruskan yang salah dan membela yang benar.
Jelas, tugas inipun tidaklah mudah, karena dinamika yang dihadapi sungguh
berat. Kecaman dari orang-orang yang tidak meyakini apa yang kita sampaikan
bahkan hingga banyak melakukan penindasan. Rasulullah dulu melakukan dakwah
tertutup demi melindungi pengikutnya dari ancaman kaum kafir Quraisy. Disamping
itu, dakwah tertutup bertujuan untuk mengumpulkan pengikut sebelum dihancurkan.
2. 2. Mengajarkan untuk senantiasa Mengagungkan Allah
Laa illaha ilallah. Tiada Illah
selain Allah. Satu kalimat yang berat konsekuensinya. Itulah yang dipikul
Rasulullah ketika mendapatkan wahyu ini. Perintah mengagungkan tidak hanya
sekedar mengumandangkan, memuji dan membesarkannya, melainkan iman dan takwa.
Mau menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
3. 3. Meninggalkan Perbuatan Dosa dan mengerjakan
perbuatan baik
Amar makruf nahi munkar. Pesan untuk
disampaikan kepada umat. Seorang pemberi peringatan harus pula mencerminkan
isinya. Muhammad terpilih menjadi seorang Rasul adalah karena moralitas selama
ini. Tanpa ada perintah dan ditengah masyarakat jahiliyah beliau sudah
membentuk dirinya menjadi orang yang dapat diteladani. Tidak bisakah jika
diterapkan di lingkungan kita saat ini ? bisa. Namun mengapa justru banyak
sekali yang tidak mampu menjalankan bahkan banyak khilaf
4. 4. Ikhlas tanpa mengharapkan balasan, hanya Allah
yang akan membalasnya kelak di Surga
Ikhlas dalam berjuang tanpa imbalan
suatu apapun. Mengerahkan seluruh waktu, tenaga untuk berjuang dijalanNya tanpa
imbalan / setelah itu dilupakan itu sulit. Namun Allah memerintahkan
mengisyaratkan untuk ikhlas. Nanti akan diberikan balasan sendiri oleh Allah. Bahkan
keikhlasan pernah dilakukan oleh Rasul dan istrinya hingga habis hartanya demi
menjalankan perintah Allah . Betapa luar biasa pengorbanan, totalitasnya
dijalan ini . Masihkan bersantai, sementara kita bisa melihat keikhlasan sang
teladan kita Nabi Muhammad SAW
5. 5. Bersabar dalam menghadapi tantangan dakwah
Dakwah, menyebar makruf dan memberi
peringatan itu tidak mudah, akan banyak halangan. Allah menyampaikan di awal
agar Rasul berhati-2 dalam berdakwah, terutama di masa awal. Dan rasul benar2
fatonah, cerdas. Beliau menerapkan perintah tersebut dengan dakwah sembunyi-2. Jika
kita hanya bermodal semangat tapi tidak hanif, maka akan muncul kemudhorotan
dengan dakwah terbuka sementara tidak memiliki kekuatan yg cukup untuk melawan.
Tapi Rasul tidak emosional, beliau amat hati2. Bukan karena takut, tapi sebuah
kewaspadaan agar tidak mudah dilemahkan sebelum ada kekuatan. Namun ketika tiba
waktunya, batu besar benar2 menghadang, Allah hanya menyuruh untuk bersabar.
Maknanya tidak pasif, pasrah menghadapi kecaman, hinaan bahkan siksaan dari
kafir quraisy, melainkan tidak gegabah mengambil kebijakan, atau emosional
melawan mereka, tapi pikirkan bagaimana upaya agar umat/pengikutnya aman dari
tindak penyiksaan.
Kesimpulan dan Saran
Dakwah bukan
untuk para ustad uztadzah, tapi kewajiban kita semua sebagai umat Islam. Ketika
kita mengetahui kebenaran ajaran kita, meyakini dalam hati, maka kita memiliki
kewajiban untuk memberi peringatan kepada siapapun. Namun setelah kita belajar
dari uraian diatas, kita tahu bahwa dakwah butuh managemen, butuh strategi,
agar lebih efektif dan mewaspadai kemudhorotan.
Pesan yang dapat
kita ambil dari surat Al Muddatsir adalah sebagai berikut :
1.
Perintah untuk berdakwah
2.
Dakwah yang disampaikan salah satunya adalah
ajakan untuk mengagungkan Allah
3.
Iman disertai dengan takwa, mengerjakan
perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan dosa
4.
Dalam menjalankan perintah Allah hendaknya
ikhlas tanpa mengharapkan imbalan di dunia, karena Allah akan membalasnya di
akherat, yaitu SurgaNya
5.
Sebuah misi dakwah senantiasa ada batu yang menghadang,
tapi Allah menyuruh kita untuk bersabar menghadapinya.
Sekian ulasan
tentang surat Al Muddatsir dan hikmah yang dapat kita ambil. Semoga kita semua
bisa belajar dari sukses dan gagalnya Rasulullah dalam menjalankan misi mulia
ini. Dan semoga kita semua dapat meneruskan perjuangan Rasul dalam menegakkan
kebajikan. Amiinn.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar